Orang Indonesia yang Menggemparkan Dunia
Orang Indonesia selama ini rata-rata
dianggap sebagai orang yang bodoh, bahkan ada lelucon yaitu otak orang
Indonesia bagus untuk penelitian karena masih fresh alias tidak pernah
dipakai. Kita juga terkadang muak dengan ocehan orang Negara sebelah
yang bilang Indon yang identic dengan kebodohannya. Namun sebenarnya
orang Indonesia nggak kalah pinter disbanding orang dari Negara maju
sekalipun. Yang membedakan adalah mereka memiliki system pendidikan dan
infrastruktur yang modern, yang bias memaksimalkan potensi a.k.a otak
dari setiap peserta didik.
Lalu mana buktinya kalau orang Indonesia ada yang jenius layaknya orang
baratm Jepang, atau Amerika? Sebenarnya tinggal jawab Habibie aja orang
pintar seluruh dunia juga sudah tahu. Tapi Habibie tidak sendirian,
banyak orang jenius Indonesia yang sukses di luar negeri, bahkan
memiliki prestasi yang mengagumkan. Menempuh pendidikan di universitas
terkenal yang tentu saja bukan STIS, bekerja di lembaga riset terkenal
dunia yang juga tentu saja bukan BPS. Sudah sangat banyak media yang
membahasnya, tapi tak salah jika membaca lagi. Berikut beberapa
contohnya :
1. Profesor Nelson Tansu
Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah
pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai
semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano adalah kunci bagi
perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi
Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia,
bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya,
mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara
sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5
watt. Pada usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor
di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten
profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi
asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus
Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada
usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin
menjadi warga negara Amerika. Sampai kini ia getol merekrut mahasiswa
Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih
memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di
Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia
2. MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan
riset bioteknologi terkemuka di Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat.
Seorang lelaki Jawa berwajah “dagadu”—sebab senyum tak pernah lepas dari
bibirnya—kerap terlihat sedang salat. Dialah, Muhammad Arief Budiman,
anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama
di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut
BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan
genetika itu.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di
antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu
tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini
lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American
Association for Cancer Research. Agar seseorang bisa menjadi anggota
asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia
juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif
dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di
bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, “Meskipun latar
belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan
riset genetika mengenai kanker manusia,” ujarnya.
3. Prof Dr. KHOIRUL ANWAR
Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul,
bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti
telepon seluler. Graduated from Electrical Engineering Department,
Institut Teknologi Bandung (with cum laude honor) in 2000. Master and
Doctoral degree is from Nara Institute of Science and Technology (NAIST)
in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a recipient of IEEE Best
Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006,
California, USA. Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem
telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division
Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di
Nara Institute of Science and Technology, Jepang.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim.
Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama
sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata
teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan
bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara
kencang secara bersamaan. Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang
luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium,
Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa
(unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan
GI,” kata pria 31 tahun ini. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan
Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten
profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering,
melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa.
4. Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto
Prestasi membanggakan ditorehkan Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto. Pria
kelahiran Surabaya ini berhasil menggondol gelar profesor dan empat
doktor dari sejumlah universitas di Jepang. Lebih hebatnya, puncak
penghargaan akademis itu dicapainya pada usia 37 tahun. ia sudah
mematenkan 31 penemuannya, 29 di Jepang, dua di AS, untuk bidang
interdisipliner ilmu elektronika, kedokteran, dan farmasi.
Sebegitu terkenalnya Soetanto di Jepang sampai-sampai oleh mahasiswanya
ia memiliki metode khusus mengajar yang diberi nama “Metode Soetanto”
atau “Efek Soetanto”. Pada 1988-1993, dia tercatat sebagai direktur
Clinical Education and Science Research Institute (CERSI) merangkap
associate professor di Drexel University dan School Medicine at Thomas
Jefferson University, Philadelphia, AS. Dia juga pernah tercatat sebagai
profesor di Biomedical Engineering, Program University of Yokohama
(TUY). Selain itu, pria kelahiran 1951 tersebut saat ini masih terdaftar
sebagai prosefor di almameternya, School of International Liberal
Studies (SILS) Waseda University, serta profesor tamu di Venice
International University, Italia.
Otak arek Suroboyo itu memang brilian. Dia berhasil menggabungkan empat
disiplin ilmu berbeda. Hal tersebut terungkap dari empat gelar doktor
yang diperolehnya. Yakni, bidang applied electronic engineering di Tokyo
Institute of Technology, medical science dari Tohoku University, dan
pharmacy science di Science University of Tokyo. Yang terakhir adalah
doktor bidang ilmu pendidikan di almamater sekaligus tempatnya mengajar,
Waseda University. “Sistem pendidikan di sini (Indonesia) sudah
tertinggal jauh”. Satu penemuannya bernama NEDO (The New Energy and
Industrial Technology Development Organization) memberinya penghormatan
sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
5. Prof Dr. Ing BJ Habibie
Prof. Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir
tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan Indonesia. Setelah
menyelesaikan kuliahnya dengan tekun selama lima tahun, B.J. Habibie
memperoleh gelar Insinyur Diploma dengan predikat Cum Laude di Fakultas
Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara. Kejeniusannya
membawanya memperoleh Gelar Doktor Insinyiur di Fakultas Teknik Mekanik
Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara dengan predikat Cum Laude
tahun 1965.
B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan
Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman
(1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang
Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973). Wakil
Presiden dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978),
penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri
(1978). Pada tahun 1977 dia menyampaikan orasi jabatan guru besarnya
tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung. Tergugah untuk
melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie kembali ke tanah
air, ketika Presiden Soeharto memintanya untuk kembali. Dia memulai
kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada
bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung
direspon oleh Presiden Republik Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978
dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap
sebagai kepala BPPT. Dia memegang jabatan ini selama lima kali
berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998.
Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan
sukses menyelenggarakan Pemilu paling demokratis yang pernah ada yaitu
Pemilu 1999. Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa nasional
dan internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour,
hadiah tertinggi dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan
pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das Grosskreuz’
medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia
tahun 1987; ‘Edward Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada tahun 1994; ‘Star
of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol
tahun 1987. Dia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah
universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas
Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.
Habibie terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang
seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, CN-235, N-250 dan
N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet Helikopter
BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit.Banyak orang
menganggap beliaulan orang tercerdas, terpintar yang pernah dimiliki
Indonesia
6. JOHNY SETIAWAN, Ph.D
Johny Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan planet
pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae. Penemuan itu sangat
spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah
ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang
muncul dari bintang muda. Johny yang memimpin tim peneliti di Max Planck
Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan planet
pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae dengan
menggunakan teleskop spektrograf F EROS sepanjang 2,2 meter di La Silla
Observatory, Chile. Setamat SMA, pada 1992–1993,Johny mengenyam
pendidikan pra-universitas di Studienkolleg Heidelberg,Jerman. Johny
kemudian mempelajari Fisika di Albert-Ludwigs-Universitat, Freiburg,
Jerman, dan mengambil Master di Kiepenheuer-Institute for Solar Physics,
Freiburg. Disertasinya di Kiepenheuer-Institute for Solar Physics,
Freiburg, berjudul Radial velocity variation of G and K Giants. Sejak
Juni 2003, Johny bekerja sebagai peneliti post-doctoral di MPIA, di
Department of Planet and Star Formation (Prof. Dr.Thomas Henning).
Wilayah risetnya saat ini meliputi planet-planet di luar tata surya di
sekitar bintangbintang muda dan bintang-bintang yang sedang terbentuk.
Selain itu,Johny yang tinggal di Bintaro Sektor IX ini juga meneliti
atmosfer yang berperan sebagai bintang.
7. Yow-Pin Lim
Yow-Pin Lim, putra kelahiran Surabaya adalah contoh lain kisah sukses
putra Indonesia di luar negeri. Ia adalah pendiri Chief Scientific
Officer Pro Thera Biologics, sebuah perusahaan di Rhode Island, AS. Pro
Thera dibentuk sebagai keberlanjutan teknologi yang telah dikembangkan
di Rhode Island Hospital, dengan misi mengembangkan dan memasarkan
produk berbasiskan protein theranostic dan therapeutic. Riset yang
dihasilkan pria kelahiran Cirebon 49 tahun yang lalu ini berkontribusi
pada pemahaman terhadap molekul kompleks pada fisiologi manusia dan
berbagai macam penyakit, terutama sepsis, anthrax, dan kanker. Lim kini
memiliki beberapa paten, antara lain Preparative Electrophoresis Device
and Methods for Detecting Cancer of the Central Nervous System. Hebatnya
penemuan Lim menjadi acuan utama rumah sakit-rumah sakit di AS saat
ini.
8. Yanuar Nugroho
Tahun 2009 lalu, seorang putra Indonesia menyedot perhatian dunia
akademik di Inggris . Namanya Yanuar Nugroho, pengajar di Institut
Kajian Inovasi ata Manchester Institution of Innovation Research dan
Pusat Informatika Pembangunan Universitas Manchester. Yanuar meraih
penghargaan sebagai dosen terbaik 2009 dan hebatnya ia adalah
satu-satunya orang Indonesia yang jadi dosen di Inggris. Menurut Yanuar,
Desember tahun lalu, kriteria utama penilaian penghargaan tersebut
adalah sumbangan akademik lewat penelitian, tulisan, seminar, kuliah dan
konferensi. Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat pada lebih dari
15 penelitian yang didanai oleh Uni Eropa, Dewan Riset Inggris, Dewan
Riset Eropa, serta Departemen Industri dan Perdagangan Inggris.
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional,
presentasi di konferensi kelas dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa
universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge. Nugroho adalah
alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya
dari Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada
2007, dan menyelesaikan post-doctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008,
Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.
9. Andreas Raharso
Satu lagi putra Indonesia yang membanggakan di luar negeri adalah
Andreas Raharso. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan
atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group. Hay Group mempunyai
jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien
dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pemimpin dunia seperti AS,
Perancis, dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas cukup fenomenal,
karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi
puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.
Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak
kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Kesadaran bahwa kondisi
pendidikan di Tanah Air masih belum kondusif membuat mereka harus
meninggalkan Indonesia untuk meraih sukses. Di Tanah Air, dunia
pendidikan kita saat ini malah masih mempersoalkan perlu tidaknya ujian
nasional (UN).
10. March Boedihardjo
Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa
termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). March akan memiliki
gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi
matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut
menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima
tahun(dari 2007). Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan
lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas
berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika saya di
Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap
mendiskusikan tugas-tugas matematika,’’ kisahnya. March memang menempuh
pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas
akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan
setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran
matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil menembus Advanced
Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen
pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan
predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang
bisa mendapat status tersebut.